Pada malam Kamis, 4 Desember 2024, Pondok Pesantren Al-Munawwar menggelar acara Khataman dan Sanad-an Kitab Imrithi. Acara ini menjadi penanda selesainya pengkajian Kitab Imrithi karya Syaikh Syarifuddin Yahya Imrithi yang telah berlangsung selama tiga semester. Kajian kitab tersebut diampu oleh Ustadz Ainul Yaqin dan melibatkan para santri yang tidak hanya mempelajari isi kitab tetapi juga menghafal 254 baitnya.
A. Rangkaian Acara
Acara Khataman diawali dengan penjelasan Bab Idhofah, yang merupakan bab terakhir dalam kitab, oleh Ustadz Ainul Yaqin. Penjelasan ini menjadi penutup yang penuh makna bagi perjalanan para santri dalam memahami kitab tersebut. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembacaan sanad serta pengisahan perjalanan hidup dan perjuangan ulama terdahulu dalam menimba ilmu.
Beberapa kisah inspiratif dari para ulama besar turut disampaikan, seperti:
a. Mbah Maimoen Zubair :seorang ulama karismatik yang dikenal dengan kedalaman ilmu Budan kewibawaannya.
b. Syaikh Muhammad : ulama masyhur yang konon tidak tampak dalam foto karena ketinggian spiritualnya.
c.Mbah Toifhur Mawardi : ulama yang sering bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW.
Dalam cerita-cerita tersebut, ditekankan bahwa sebelum belajar kepada ulama-ulama besar, para ulama terdahulu selalu berguru terlebih dahulu kepada ayah mereka sendiri. Tradisi ini menunjukkan pentingnya pendidikan dari orang tua kepada anak.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh Kak Fahri dan Kak Faqih. Sebagai penutup, seluruh peserta menikmati makan bersama dalam suasana penuh syukur dan kebersamaan.
B. Nasihat Ustadz Ainul Yaqin
Dalam penjelasan mengenai sanad, Ustadz Ainul Yaqin menyampaikan beberapa nasihat yang mendalam:
1. Keutamaan Khatam Kitab: “Tidak ada orang yang keramat kecuali mereka yang mampu membaca dan memahami satu kitab hingga khatam, walaupun kitab itu tipis. Di akhir zaman ini, banyak ujian yang menghalangi; jika bukan gurunya yang malas, maka muridnya yang hilang.”
2. Nilai Sanad : Beliau menegaskan bahwa memiliki 42 sanad dapat memberikan nilai setara dengan gelar S1 tanpa harus menempuh pendidikan formal di perguruan tinggi.
3. Pendidikan Anak: Beliau juga mengingatkan pentingnya orang tua mengajarkan huruf hijaiyah kepada anak-anak mereka sendiri. Hingga anak tersebut mampu membaca Al-Qur’an, pahala akan terus mengalir kepada orang tua.
C. Refleksi dan Harapan
Acara Khataman dan Sanad-an Kitab Imrithi ini menjadi momen penting untuk merefleksikan perjuangan dalam menimba ilmu dan mengokohkan tradisi keilmuan Islam. Semoga para santri mampu meneruskan semangat belajar dan mengamalkan ilmu yang telah mereka peroleh. Acara ini juga menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menghargai guru dan menjaga sanad keilmuan yang telah diwariskan oleh para ulama.
0 Komentar